MAKALAH KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN, DAN TANGGUNGJAWAB PENDIDIKAN
MAKALAH
Kasih sayang, kewibawaan, dan
tanggungjawab pendidikan
Ditujukan guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Kelompok
Mata Kuliah Pedagogik
Dosen Pengampu: Nurjaman, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Anna Yuliastanti 150641049
Aulia Sari 150641037
Ikrima Eka Putri 150641027
Kelas: SD15-A1
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan
makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pedagigika. Makalah ini
berjudul “Kasih sayang,
kewibawaan, dan tanggungjawab pendidikan” yang
didalamnya membahas tentang konsep kasih saying dalam
pendidikan, konsep kewibawaan dalam pendidikan, dan konsep tanggung jawab dalam
pendidikan
Terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Nurjaman, M.Pd selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Pedagika.
2.
Teman-teman
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Konsep kasih sayang dalam pendidikan................................................... 3
B. Konsep kewibawaan
dalam pendidikan.................................................. 8
C. Konsep tanggung jawab dalam pendidikan............................................. 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 20
A. Kesimpulan
............................................................................................... 20
B. Saran
......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahwa kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung
jawab pendidikan, merupakan ruh dari suatu pendidikan, ketiganya tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga hal tersebut dapat dikatakan sebagai prasyarat dalam
melaksanakan pendidikan. Tanpa kasih sayang anak
akan berkembang menurut kemauannya sendiri, karena pendidik sama sekali tidak peduli terhadap
perkembangan anak didiknya. Anak didik bertindak
semaunya tanpa peduli terhadap pendidiknya. Semua upaya pendidik mungkin akan dilecehkan oleh anak
didiknya. Kalaupun anak patuh kepada pendidik, bukan berasal dari hati nuraninya,
melainkan mungkin karena paksaan atau merasa terpaksa. Tanpa tanggung jawab
dari pendidik, upaya pendidikan tidak akan memiliki arah dan tujuan, karena
pendidik akan acuh dalam melaksanakan tugasnnya sebagai orang dewasa yang harus
membawa anak didiknya ke arah kedewasaan.
Begitu pula seorang pendidik harus mempunyai
kewibawaan tersendiri, Jika anak sudah dapat mengakui
kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan pengenalan
norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai dengan norma
secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu sendirilah yang
diperkenalkan kepada peserta didik. Maka dari itu, pendidik harus menjadikan
diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri. Selain itu, ada atau
tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat peserta didik menghadapi norma.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep kasih sayang dalam pendidikan?
2. Bagaimana konsep kewibawaan dalam
pendidikan?
3. Bagaimana konsep tanggung jawab dalam pendidikan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1. Mengetahui konsep kasih
sayang dalam pendidikan.
2. Mengetahui konsep kewibawaan dalam pendidikan pendidikan.
3. Mengetahui tanggung jawab pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Kasih
Sayang dalam Pendidikan
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap
manusia ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki kasih sayang terhadap sesamanya.
Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa
anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) sudah pasti
seharusnya mereka menumpahkan kasih sayang terhadap anak-anaknya selama meraka
membimbingnya sampai mencapai dewasa. Begitupun juga seorang guru
sebagai pendidik, mereka harus menumpahkan kasih sayang pula terhadap anak
didiknya karena kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi
dengan anak didiknya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Tanpa kasih sayang pendidikan takan bermakna apa-apa.
1.
Makna Kasih
Sayang
Kasih sayang
merupakan pola hubungan yang unik di antara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya
perasaan kasih sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan
dan saling memberi. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa kasih sayang
adalah kebutuhan alami manusia sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. Manusia
tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman, demikian juga manusia tidak bisa
hidup tanpa kasih sayang. Manusia mencintai dirinya dan ingin dicintai oleh
orang lain. Anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang daripada orang dewasa.
Seorang anak
tidak begitu peka apakah ia tinggal di gunung atau di hutan, jenis pakaian apa
yang dikenakan atau menu makanan apa yang dimakan, anak tidak begitu peka tapi
ia sangat peka dengan perasaan orang lain terhadapnya. Kasih sayang merupakan
suatu penyerahan diri secara total dari pendidik (orang dewasa) tanpa pamrih
kepada anak didik, dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan, yaitu kedewasaan.
Dengan kasih sayang seorang pendidik menyerahkan seluruh pribadinya demi
kepentingan anak didik, dengan tanpa memikirkan pembalasan apa yang diharapkan
dari si anak.
Kasih sayang
adalah kebutuhan setiap orang, maka kasih sayang sedemikan dahsyat mempengaruhi
kehidupan anak manusia. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang
akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat dan memiliki ketajaman hati
nurani. Dengan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, anak
nantinya akan mampu memperlakukan orang lain dengan penuh kecintaan. Ketika ia dewasa ia akan belajar mencintai istriya, anak-anaknya, sahabat, dan masyarakat disekitarnya dengan maksimal. Manusia yang dicintai akan membalas kasih sayang orang yang mencintainya.
Karena manusia itu pada dasarnya sangat mencintai dirinya, maka ia juga akan
mencintai orang yang mencintai dirinya dan memandang dengan pandangan yang
positif. Begitu pula anak-anak yang tumbuh dalam lautan kasih sayang
orangtuanya akan memandang orangtuanya sebagai manusia yang baik, bisa
dipercaya dan patut didengar. Orangtua yang mencintai anaknya akan lebih banyak
manuai sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Kasih sayang
mempengaruhi kesehatan fisik. Hati yang berbunga-bunga karena limpahan kasih
sayang akan menyehatkan saraf dan fisik. Anak-anak yang kenyang dengan kasih
sayang orangtuanya, tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan
kasih sayang. Anak-anak yang besar dalam limpahan kasih sayang orangtua akan
menjadi anak-anak yang memiliki hati yang hangat. Karena sudah merasakan
kebahagiaan kasih sayang dari orangtuanya. Kasih sayang juga akan menyelamatkan
anak-anak dari sifat-sifat kerdil. Anak-anak yang kurang atau tidak mendapatkan
kasih sayang orangtuanya akan tumbuh sebagai anak yang merasa terkucilkan. Ia
akan membenci orangtua dan orang lain dan besar kemungkinan akan menjadi
anak-anak yang suka melakukan hal-hal yang berbahaya.
2.
Dampak Kasih Sayang yang Berlebihan
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan
mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau
makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat,
maka anak memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau tidak demikian akan
berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan
untuk anak-anak adalah pengkhianatan.
Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang masih
kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Orangtua harus sadar
bahwa, suatu hari mereka akan lepas dari mereka. Anak-anak juga tidak selamanya
anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial akan mengalami hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan,
menyengsarakan dan membahagiakan.
Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa
depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang
tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak
berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain.
Akibat negatif kasih sayang berlebihan antara lain :
a. Tumbuhnya sikap ingin diperlakukan istimewa
b. Anak akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
c. Anak akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan
kepercayaan diri, tidak berani mengmabil resiko, tidak mau melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan oran
lain.
d. Anak tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang
diterimanya.
e. Anak bisa jadi memiliki sifat tercela, seperti sombong, egois, minimnya
simpati untuk orang lain, dan lain-lain.
3.
Hidup Tanpa Kasih Sayang
Menurut Husain Mazhahiri
(2002), bahwa kecintaan/ kasih sayang meninggalkan bekasnya secara positif pada
anak, dan menjadikan perilakunya dimasa yang akan datang memilikisifat kasih
sayang dan kecintaan. Sebaliknya, andaikan suatu kecintaan hilang dari rumah
tangga, dan rumah tangga menjadi korban kebekuan dan kekerasan, maka masa depan
anak akan terlempar pada marabahaya, dan kepribadiannya, dimasa datang akan
memiliki sifat-sifat kekerasan dan emosional yang melampaui batas.
Jadi anak yang
hidup tanpa kasih sayang orang tuanya, pada masa yang akan datang setelah ia
dewasa akan menampakan kebenciannya terhadap masyarakat sekitar, dan menunjukan
ketidak peduliannya terhadap oarng lain. Ia tidak menunjukan jiwa tolong
menolong dan belas kasih sayang terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga ia
menjadi manusia yang tidak berperasaan.
4. Peranan Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Peranan kasih
sayang dalam pendidikan di sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
membentuk sikap, kepribadian dan perilaku anak disamping peran keluarga dan
masyarakat. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh seorang pendidik dalam
menjalankan proses pendidikan, diantaranya:
a. Pendidik sebagai pembimbing
Dengan kasih
sayang diberikan oleh pendidik, anak akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani
kehidupan, baik yang sedang dijalani saat ini maupun bekal kehidupan dimasa
yang akan datang. Banyak peserta didik yang tidak mendapatkan kasih sayang dari
orang tuanya , pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta
pendapat, berkeluh kesah, curhat, berlindung dan posisi lainnya dalam diri
seorang anak didik.
b. Pendidik sebagai pembentuk kepribadian
Seorang pendidik yang baik akan
memperhatikan tingkah laku peserta didiknya sebagai bagian dari perannya dalam
menjalankan proses pendidikan. Pembentukan kepribadian anak disekolah merupakan
hal yang tidak mudah, terbukti dari beberapa pemberitaan media massa/ koran,
seorang anak didik yang melakukan bunuh diri karena ingin menyelamatkan harga
diri dan rasa malu yang dialaminya karenatidak dapat membayar uang sekolah.
c. Pendidik sebagai tempat perlindungan
Tindakan anak yang kabur dari
rumah merekakarena diakibatkan tidak menemukan kasih sayang dirumahnya. Dalam
tindakan ini anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap
dekat atau yang dapat memberikan perhatian, beruntung jika mereka mendapat
tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, tetapi jika
sebaliknya , maka akan berakibat merusak masa depannya.
Maka semestinyasebagai seorang
pendidik harus bisa menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi para
peserta didiknya, pendidik harus dapat berlaku bijaksana , memberikan kasih
sayang dan harus dapat memberikan perlindungan terhadap anak didiknya.
d. Pendidik sebagai figur tauladan
Seorang
pendidik harus berperilaku ramah, hangat dan selalu tersenyum, tidak
memperlihatkan muka kusam atau kesal, merespon pembicaraan atau pertanyaan anak
didik, sehingga akan menumbukan kondisi psikologis yang menyenagkan bagi anak
dan dapat menjadi contoh bagi para anak didiknya.
e. Pendidik sebagai sumber pengetahuan
Pendidik harus mentransfer
pengetahuan dengan didasari oleh kasih sayang pada saat memberikan materi dan
bimbingan. Sebagai seorang pendidik juga harus bertanggung jawab memikirkan
sikap dan perilaku anak didiknya dikemudian hari. Dalam proses pembeljaran
dimana terjadi tranformasi pengetahuan, sikap memberi dan melarang semestinya
dilakukan secara hati-hati terhadap anak didiknya. Pengetahuan dapat merubah
sikap dan perilaku anak, perubahan dapat positif apabila pengetahuan yang diterima anak sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai
akan membentuk perilaku anak yang negatif. Misalnya pendidikan seks yang
diberikan guru dengan tidak hati-hati akan berdampak pada perilaku yang salah
tentang kehidupan seks. Oleh karena itu, seorang guru dalam menyampaikan
pengetahuan harus didasari dengan kasih sayang.
Beberapa hal
yang mungkin terjadi apabila guru tidak berhati-hati dalam menyampaikan
pengetahuan :
1) Akan merusak jalinan kasih sayang di antara guru dan anak didik.
2) Anak akan belajar pada sumber lain yang apabila tidak di bimbing tidak
menutup kemungkinan menghasilkan perilaku yang tidak di harapkan.
3) Kurangnya bimbingan dari guru sebagai pendidik akan menumbuhkan perilaku
yang tiak bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa kasih sayang memegang peranan penting, tidak
hanya di lingkungan keluarga, tetapi sudah seharusnya di sekolah, guru sebagai
pengganti orang tua menumbuh kembangkan hubungan kasih sayang dengan anak
didiknya. Dengan ketulusan dan rasa kasih sayang yang diberikan oleh seorang
guru, anak didik akan merasa senang mengikuti proses pendidikan di sekolah dan
tujuan pendidikan akan mudah diwujudkan.
B.
Konsep Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat
pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar
dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Pengenalan dan
pengakuan kewibawaan membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan
wibawa itu berjalan sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada kanak-kanak. Bahasa
merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan peserta didik. Dengan bahasa,
peserta didik dapat mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik,
sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa.
Guru sebagai
seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas
maupun kegiatan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan
tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari dengan
kewibawaan. Hal ini menunjukan bahwa adanya ikatan hakiki antara pendidikan dan
kewibawaan, yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidikan.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada
kewibawaan makapendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan adanya
kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti
secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya bila kewibawaan tidak ada, segala
bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin diturutioleh anak didik, sehingga
tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilanggan predikatnya sebagai pendidik.
Tetapi hal ini bukan berarti bahwa pendidikan harus melaksanakan kewibawaan
secara ajeg kepada anak didik sepanjang masa, melainkan harus selalu
disesuaikan dengan keselarasan bertambahnya kedewasaan anak didiknya.
1. Makna
kewibawaan
Ciri utama yang seharusnya
dimiliki oleh seorang pendidik yaitu adalah adanya kewibawaan yang terpancar
dari dirinya terhadap anak didik.
Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya,
bukan sesuatu yang memaksa. Kewibawaan harus berbanding dengan ketidak
berdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda dengan anak
didik, maka kewibawaan seorang pendidik tersebut akan sukar ditegakan. Dengan
demikian kewibawaan seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai
kelebihan dari anak didik baik sikap, pengetahuan maupun ketrampilannya.
Pendidik harus memiliki
kewibawaan dimata anak didik, karena anak didik membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan lain sebagainya dari
seorang pendidik dan seoarang pendidik harus bersedia untuk memenuhinya.
Kewibawaan adalah suatu daya memengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga
orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi
tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan
dipatuhi secara sadar dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa diharuskan
dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua
yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
2. Macam-macam Kewibawaan
Ditinjau dari
daya mempengaruhi seseorang, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi:
a. Kewibawaan lahir
Yaitu
kewibawaan yang timbul akibat kesan-kesan lahiriah seseorang.
b. Kewibawaan batin
Seperti adanya
rasa cinta, adanya rasa demi kamu, adanya kelebihan batin dan ketaatan kepada
norma. Dua macam kewibawaan itu harus ada dalam
pendidikan.
3. Fungsi
Kewibawan dalam Pendidikan
Selanjutnya
akan kita bicarakan mengenai fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan.Artinya
pembawa yang dipergunakan sampai waktu si anak menjadi dewasa, dan sesudah
dewasa, gezag itu dihentikan. Pendidikan terdapat dalam pergaulan antara orang
dewasa dan anak-anak. Sebagai pergaulan antar orang dewasa sesamanya, orang
menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh pergaulan.
Dalam hal ini tampak bahwa fungsi kewibawaan yaitu membawa si anak ke arah
pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan
mau menjalankannya juga.
4. Awal Penerimaan
Kewibawaan Oleh Anak
Kewibaan itu
menentukan bentuk perlakuan yang harus diikuti serta menghalangi maupun menolak
yang tidak dikehendaki . Seandainya hal terakhir ini hanya dapat dilakukan
dengan pembuktian atau atas dasar keterikatan pada pribadi pendidik ataupun
dengan paksaan ,maka si anak akan tetap tinggal tak terdidik, sebab itu
kewibawaan merupakan syarat mutlak (conditio sine qua non) untuk mendidik.
Dari manakah
anak didik mendaptkan keberanian moral untuk mencoba menjalankan dan menuruti
kewibawaannya ? jawbannya adalah mereka akan mendapatkannya dalam rasa kasih
yang menjadi pengikat bagi mereka. Dalam kasih itu anak didik yang tak berdaya
menurut kodratnya itu menaruh (mencurahkan kepercayaannya), yang karena
kemurniannya menjadi pendorong dan pemberi semangat bagi pendidik untuk
melakukan tugasnya serta memberi kepadanya keyakinan akan kesanggupan diri
sendiri.
Di dalam arti
luas, pendidikan itu mencakup tindakan di atas, tetapi dalam arti sempit,
pendidikan baru dimulai setelah anak menghayati kewibawaan pendidik, seperti
dikatakan oleh Langeved (1980), bahwa
pendidikan itu baru dapat dimulai, apabila anak sudah mengakui atau menghayati
kewibawaan orang tua atau endidiknya, dan anak dapat mengakui kewibawaan
pendidiknya, apabila anak sudah memahami (mengerti) bahasa. Anak baru dipandang
mengerti bahasa apabila anak sudah berumur 3 tahun.
Karena itulah Langeved berpendapat, bahwa pendidikan
anak yang sesungguhnya baru dimulai pada umur 3 tahun. Kalau ada usaha
pendidikan yang dimulai atau diberikan
sebelum anak berusia 3 tahun, ini disebutnya dengan pendidikan pendahuluan.
Dalam pendidikan pendahuluan ini, karena anak belum mengenal dan mengakui
kewibawaan, maka boleh menggunakan rasa takut, atau peringatan, agar anak didik
mau menuruti apa yang dikehendaki atau dilarang oleh pendidik.
5. Mempertahankan Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang di milikinya sehingga
kewibawaan tersebut harus di pelihara dan di binanya langeveld (dalam umar
tirtaraharja dkk 2000) mengemukakan tigaseni kewibawaan untuk
memeliharanya,yaitu:
a. Kepercayaan
Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa dan mampu mendidik dan juga
harus percaya bahwa anak didik dapat di didik.
b. Kasih sayang
Kasih sayang mengandung dua makna yakni penyerahan diri kepada yang di kasih
sayangi dan pengendalian terhadap yang di sayangi.dengan penyerahan diri,pada
pendidik timbul kesediaan untuk berkorban berupa pengabdian dalam bekerja
pengendalian terhadap yang di sayangi agar
anak didik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
c. Kemampuan mendidik
Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara diantaranya
pengkajian terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan , mengambil
manfaat daripengalaman kerja dll.
Selain ketiga hal di atas, dalam mempertahankan kewibawaan tersebut perlu
didukung oleh keadaan batin pemilik kewibawaan ( orang dewasa : orang tua, guru
dan yang lainnya ), yaitu :
1) Adanya rasa cinta
Kewibawaan
itu dapat dimiliki seseorang apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau
kepada orang lain.
2) Adanya rasa demi kamu
Adalah
suatu sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran
bukan untuk kepentingan memerintah tetapi untuk kepentingan orang yang
diperintah.
3) Adanya kelebihan batin
Seorang
guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku
adil dan objektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan
kewibawaan batin.
4) Adanya ketaatan kepada norma
Menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia
sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah
di buat, displin dalam hal-hal yang yelah di gariskan.
Selanjutnya dalam melaksanakan kewibawaan
pendidik hendaknya memperhatikan beberapa faktor berikut :
(a) Perkembangan anak sebagai pribadi
Pendidik hendaknya mengabdi kepada perkembangan anak, mengembangkan seluruh pribadi anak, baiak
intelektualnya, emosinya, dan spiritualnya.
(b) Pendidik memberi kesempatan kepada anak didik
untuk berinisiatif, anak melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri.
Makin
berkembangnya anak, memberi inisiatif padanya makin besar dan luas, dan
akhirnya diharapkan segala perbuatannya atas dasar inisiatif sendiri bukan atas
perintah dari pendidik.
(c) Kewibawaan dilaksanakan atas dasar kasih sayang
kepada anak
Pendidik
berbuat sesuatau demi kepentingan anak didik, mengabdi kepada anak didik, bukan
untuk kepentingan pendidik.
6. Kewibawaan dan Peserta Didik
Dapat dikatakan
bahwa kewibawaan ialah syarat mutlak (conditiosine qua non) untuk mendidik.
Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan anak sesungguhnya baru dimulai pada umur
3 tahun. Jika ada usaha yang dimulai atau diberikan sebelum anak berusia 3
tahun, ini disebut dengan pendidikan pendahuluan.
Jika anak sudah
dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan
pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai
dengan norma secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu
sendirilah yang diperkenalkan kepada perdik. Maka dari itu, pendidik harus
menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri. Selain itu, ada
atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat perdik menghadapi norma.
Adapun
tahap-tahap proses penerimaan norma adalah sebagai berikut:
a. Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu, yang selalu
dilihatnya melaksanakan norma itu.
b. Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan tingkah laku pendidiknya itu
diatur oleh norma.
c. Setelah anak menglihat norma terlepas dan si pendukung norma, maka tindakan
atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan
norma yang diketahui anak, juga dengan peraturan atau norma yang dikatakan oleh
pendidiknya itu.
d. Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang
dikemukakannya atau dinasehatinya, maka anak akan menerima norma itu dengan
sukarela. Tetapi bila perdidik tahu bahwa tindakan atau perbuatan pendidik itu
tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan norma yang dinasihatkan, maka anak
didik akan menolaknya, dan tidak akan melaksanakan norma itu.
Maka dapat
dikatakan perkembangan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya
kepercayaan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh
pendidik kepada anak didik mempunyai dua arti:
a. Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada
dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik itu.
b. Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik untuk tumbuh
dan berkembang.
Kepercayaan itu
memberikan dorongan kepada peserta didik agar ia berani dan penuh keyakinaan
berusaha supaya ia menjadi dewasa, kedewasaan dapat dikatakan akhir masa
pendidikan dalam arti apabila menusia itu telah dianggap menjalankan kewibawaan
atas diri dan segala sesuatu yang dipercaya dan disamping itu tetap mengakui
serta menurut kepada kewibawaan yang lebih besar dan tinggi.
C.
Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Manusia adalah
makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap manusia mempunyai
tanggung jawab terhadap orang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada
dibawah kekuasaannya,
Pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya sehingga seorang
pemimpin atau penguasa akan ditanya tentang rakyatnya, seorang laki-laki
bertanggung jawab atas keluarganya, seorang istri akan bertanggung jawab di
rumah dan anak suaminya begitu juga seorang pendidik memiliki tanggung jawab
terhadap anak didiknya, orang tua anak didik, masyarakat, bangsa dan Tuhan,
tentang apa yang telah dikerjakannya.
1. Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab
dalam arti harfiah ialah tanggungan beban untuk menjawab atau lebih tegasnya
adalah tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu. Bertanggung
jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain. Bertanggung jawab dapat
menerangkan perbuatan kita dan kepentingan kita dengan orang lain. Tidak
mengganggu orang lain berarti dewasa secara sosial, dewasa secara sosial
berarti dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Bertanggung
jawab dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana semua tindakan atau perbuatan
atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur
kesusilaan dan keagamaan. Bisa juga dikatakn bahwa bertanggung jawab berarti
dapat didakwa berdasarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai susila maupun
nilai-nilai agama. Dengan kata lain bertanggung jawab berarti berada dalam
tatanan norma, kesusilaan dan agama, dan tidak di luarnya.
2. Pendidikan dan Tanggung Jawab
Menyinggung
masalah peserta didik, khususnya pada tingkat dewasa, hendaknya para pendidik
harus mengetahui apa yang disebut kedewasaan. Karena pada hakekatnya pendidikan
adalah mendewasakan anak. Kedewasaan adalah ketika peserta didik telah
bertanggung jawab atas keadaan dirinya baik secara psikologis, paedagogis,
biologis dan sosiologis.
Disekolah guru
merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing anak didik
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yakni adalah berkembangnnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab yang tercantum dalam undang-undang
nomor 20 tahun 2003.
Hasil pendidikan adalah manusia yang bertanggung
jawab seperti yang dijelaskan dalam tujuan pendidikan nasional tadi bahwa,
tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia sosial yang cakap dan warga
negara demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
dan tanah air.
Rumusan tujuan pendidikan terdiri
atas dua bagian, yaitu :
a.
Tujuan individual : membentuk manusia susila yang cakap. Istilah manusia
susila yang cakap dimaksudkan bahwa setiap manusia indonesia harus mendapat
pendidikan dan pengajaran sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang
susila dan juga cakap. Bukan individu yang susila tetapi tidak cakap, juga
bukan individu yang cakap tetapi tidak susila. Karena individu susila yang
tidak cakap tidak akan menjadikan sejahtera dan kemakmuran bangsanya. Dan individu yang cakap tetapi tidak susila
dapat berbahaya bagi bangsa dan masyarakat sebab kecakapan yang dimiliki
digunakan untuk menjalankan kejahatan terhadap bangsanya, masyarakatnya atau
menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab.
b.
Tujuan kemasyarakatan : membentuk warga negara demokratis serta tanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Jadi yang dikehendaki
adalah warga negara yang berjiwa demokratis dan sekaligus tanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Dalam melaksanakan tanggung
jawabnya, manusia dapat dilihat dari dua aspek yakni :
1) Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala
perintahnya dan segala larangannya. Dalam ajaran islam ada tiga inti ajaran
islam yaitu: iman, islam, dan ihsan. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk
melalui Al-Quran dan sunnah, bagaimana manusia harus beriman (ingat rukun iman)
bagaimana manusia harus menjalankan syariat islam (ingat rukun islam), dan
bagaimana manusia harus berbuat baik, dalam berbuat baik kepada Allah, dan
berbuat baik kepada sesama manusia, maupun berbuat baik kepada sesama makhluk
lainnya (misalnya), serta berbuat baik kepada alam dan lingkungannya, manusia
sama sekali tidak boleh merusak alam (menjarah hutan, merusak keseimbangan
kehidupan).
Pendidik sebagai makhluk tuhan dalam hidup dan kehidupannya senantiasa
harus tunduk dan taat untuk melaksanakan aturan-aturan tuhan tersebut. Karena
itu seorang guru sebagai pendidik di sekolah, sudah seharusnya memahami
nilai-nilai/norma-norma agama dan sekaligus sudah dapat melaksanakannya dalam
segalan aspek kehidupannya.
2) Manusia dalam hubungannya dengan Sesama Manusia dan Alam
(a) Tanggung jawab Manusia terhadap Keluarga
Allah swt. telah berfirman di dalam Al-Quran, “wahai oran g-orang yang beriman, perliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnnya adalah manusia dan baku
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
allah terhadap apa-apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. At-Tahrim : 6)
(b)
Tanggung jawab
terhadap Sanak-kerabat
Rasulullah saw bersabda, “aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun
yang tidak hadir, maupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah
atau rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi
dengan sanak kerabat mereka, karena silaturahmi merupakan bagian dari agama.
(c)
Tanggung jawab manusia terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa
hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan
manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota
masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat
yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat.
(d)
Tanggung jawab manusia tehadap alam
Allah Swt telah menciptakan alam dan telah
memberikan kepada manusia yang dengan kemampuan itu manusia dapat menyingkap
beberapa rahasia alam dan memanfaatkannya untuk membangun alam dan kehidupan
yang lebih baik.
Oleh karena itu manusia harus menghargai segala
nikmat Allah dan menggunakan pada tempatnya. Menusia harus menganggap barang
tambang berharga itu sebagai nikmat Allah yang diciptakan untuk dimanfaatkan
oleh mereka buakn untuk dihambur-hamburkan dan disia-siakan.
3. Tindakan yang
berkaitan dengan Bertanggung Jawab
Untuk membahas
tindakan yang bertanggung jawab khususnya disekolah, perlu dikemukakan
contoh-contoh berikut:
Ada seorang
guru sekolah dasar setiap pagi setiap pagi selalu datang setengah jam sebelum
pembelajaran di sekolah dimulai. Hal tersebut selalu dilakukan baik pada hari
hujan maupun tidak.
Waktu pulang ia
selalu yang terakhir, sebab setelah lonceng tanda sekolah berbunyi dan setelah
murid-muridnya pulang, guru ini terlebih dahulu memeriksa kelasnya, barangkali
ada kapur yang tertinggal dimeja. Kapur itu walau hanya sepotong ia masukan
kedalam lemarinya. Kemudian diperiksanya semua bangku atau meja murid-muridnya
kalau ada barang murid-muridnya yang tertinggal.
Sebelum pulang,
sebentar seorang guru menghadap kepada kepala sekolah dan mohon diri
memberitahukan bahwa ia akan pulang. Setelah itu barulah ia pulang. Guru
semacam ini merupakan contoh dari manusia yang sudah bertanggung jawab.
Seorang guru
harus bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik dan
mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak kepadanya. Sekarang
sudah ada undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang merupakan
suatu landasan moral bagi guru untuk menjalankan tugasnya secara profesional
karena itu guru yang bertanggung jawab senantiasa akan berbuat dan bertindak
tidak keluar dari undang-undang tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Konsep Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap
manusia ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki kasih sayang terhadap sesamanya.
Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa
anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) sudah pasti
seharusnya mereka menumpahkan kasih sayang terhadap anak-anaknya selama meraka
membimbingnya sampai mencapai dewasa.
Begitupun juga seorang guru sebagai pendidik, mereka
harus menumpahkan kasih sayang pula terhadap anak didikannya karena kasih
sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya,
baik didalam kelas maupun diluar kelas. Tanpa kasih sayang pendidikan takan
bermakna apa-apa.
2.
Konsep
Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat
pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar
dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Guru sebagai
seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas maupun
kegiatan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut,
biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari dengan kewibawaan.
Hal ini menunjukan bahwa adanya ikatan hakiki antara pendidikan dan kewibawaan,
yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidikan.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada
kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebaliknya bila
kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin dituruti
oleh anak didik.
3.
Konsep Tanggung
Jawab dalam Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap
manusia mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, terutama terhadap
orang-orang yang berada dibawah kekuasaannya, pemimpin bertanggung jawab atas
apa yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin atau penguasa akan ditanya
tentang rakyatnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas keluarganya,
seorang istri akan bertanggung jawab di rumah dan anak suaminya begitu juga seorang
pendidik memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya, orang tua anak didik,
masyarakat, bangsa dan Tuhan, tentang apa yang telah dikerjakannya.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarnkan sebaiknya :
1. Konsep Kasih
Sayang Dalam Pendidikan
Seharusnya sebagai seorang pendidik mereka harus menumpahkan kasih sayang
pula terhadap anak didikannya bukan hanya sekedar mengajar saja karena kasih
sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya,
karena tanpa kasih sayang pendidikan takan bermakna apa-apa.
2.
Konsep
Kewibawaan dalam Pendidikan
Seharusnya sebagai seorang
pendidik harus mempunyai kewibawaan tersendiri bagi para anak didiknya sehingga
secara sadar dan suka rela anak didik akan menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Guru sebagai
seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas
maupun kegiatan lain di luar kelas.
3. Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Seharusnya sebagai seorang pendidik yang baik harus bertanggung jawab dengan
apa tugas yang hendak dilaksanakannya dalam mendidik anak didiknya karena
manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, U.
Dkk. (2010). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung : Alfabeta
Purwanto, N. (2007). Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. (2007). Bandung : Cipta Utama
Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. (2009). Bandung : UPI Press
Komentar
Posting Komentar