MAKALAH PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


MAKALAH
PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Ditujukan guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pedagogik
Dosen Pengampu: Nurjaman M.pd.I


index.jpg

Disusun Oleh:
Kelompok 03
SD15-A1

Delia Dwi Wahyuning                        150641034
Helmi Miliyanti                                   150641026
     Iis Istiqomah                                       150641024
      





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017



KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana dengan rahmat dan karunianya yang luar biasa kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Pedagogik sebagai Ilmu Pengetahuan.
          Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pedagogik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pedagogik sebagai Ilmu Pengetahuan yang dapat di terapakan dalam kehidupan kita pada saat menjadi seorang pendidik.
          Kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin. Akan tetapi kami sadar karena tak ada gading yang tak retak begitu juga makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran demi perbaikan makalah ini akan kami sambut dengan senang hati, agar lebih baik dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Cirebon, 24 Oktober 2017
         









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.     Tujuan................................................................................................ 1

BAB II. PEMBAHASAN
A.    PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN……………  3
1)      Pengertian ilmu pengetahuan……………………………........... 3
2)      Pengertian pedagogik……..……………..................................... 5
3)      Pengertian pedagogik sebagai ilmu pengetahuan…………......... 6
4)      Status keilmuan pedagogik………………….............................. 7
5)      Karakteristik keilmuan pedagogik ………………...................... 8
6)      Fungsi keilmuan pedagogik......................................................... 9

BAB III. PENUTUP
A.    KESIMPULAN........................................................................ ...... 11
B.     SARAN.................................................................................... ...... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pentingnya kejelasan tentang pedagogik sebagai ilmu atau bukan ada dua kepentingan. Sebagai penegasan terhadap status (posisi) dan memperkuat keyakinan terhadap sifat kebenaran dan kegunaan dari sistem teori dalam pedagogik tersebut. Untuk mengawali kajian pada subbab ini, diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian ilmu. 
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta didik.Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Jagi pedagogy mengandung makna sebagai seorang anak yang pergi dan pulang sekolah di antar, di bimbing, dan di pimpin oleh seorang pembantu. Pada awalnya istilah pedagos merupakan pekerjaan yang paling rendah, namun  seiring berjalannya waktu istilah ini sekarang menjadi pekerjann mulia yaitu pekerjaan mendidik anak.
B.     RumusanMasalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan?
2.      Apa yang dimaksud pedagogik?
3.       Apa pengertian pedagogic sebagai ilmu?
4.      Apasaja status keilmuan pedagogik?
5.      Apa saja karakteristik pedagogik?
6.      Apa saja fungsi pedagogik?
C.    Tujuan
1.      Agar dapat mengetahui dan memahami apa arti ilmu pengetahuan.
2.      Supaya dapat memahami apaitu pedagogik.
3.      Agar dapat memahami apa itu pedagogik.
4.      Supaya kita dapat memahami sepertiapa status keilmuan pedagogik.
5.      Agar dapat mengetahui fungsi dan karakteristk apa saja yang dimiliki pedagogik.





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PengertianIlmuPengetahuan
Secara etimologis ilmu berasal dari kata alama (bahasa Arab) yang berarti tahu. George Thomas White Patrick dalam bukunya Introduction to Philosophy menyatakan bahwa dalam bahasa latin dikenal pula kata scio, scire (sebagai asal kata science) yang juga berarti tahu. Berdasarkan asal usul katanya itu, maka ilmu atau science berarti pengetahuan. Kneller (Syaripudin & Kurniasih, 2008) mengklasifikasikan pengetahuan menjadi revealed knowledge, intuitive knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge; di samping ada juga yang mengklasifikasikan menjadi commonsense knowledge, scientific knowledge, philosophical knowledge, dan religious knowledge.
Secara etimologis dan secara umum istilah ilmu (sebagaimana dipahami masyarakat umum dalam kehidupan sehari-hari), maka semua pengetahuan – sebagaimana telah dikemukakan di atas – tergolong ilmu. Namun, dalam konteks studi akademik, sejak zaman modern sebagaimana dirintis oleh Francis Bacon (1560-1662), Galileo Galilei (1564-1642), Newton (1642-1727) dan lain-lain, istilah ilmu atau science telah mengalami perubahan arti. Ilmu mempunyai arti yang spesifik, yaitu hanya berkenaan dengan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Sebagaimana yang dikemukakan Titus et. Al. (Syaripudin & Kurniasih, 2008) terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu (science). Pertama, istilah ilmu digunakan untuk menunjuk bodies of knowledge, misal: fisika, kimia, psikologi dan lain-lain. Kedua, istilah ilmu untuk menunjuk a body of systematic knowledge, yaitu konsep-konsep, hipotesis-hipotesi, hukum-hukum, teori-teori, dan sebagainya yang tersusun secara sistematis dan dibangun melalui kerja para ilmuwan selama bertahun-tahun. Ketiga, istilah ilmu digunakan untuk menunjuk cara kerja tertentu, yaitu scientific method atau metode ilmiah. Dari pernyataan Titus et. Al. Tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian istilah ilmu pada dasarnya mempunyai dua dimensi, yaitu (1) sebagai hasil studi (sebagaimana terkandung dalam penggunaan istilah ilmu yang pertama dan kedua seperti dikemukakan Titus et. Al.), dan (2) sebagai metode studi, yaitu metode ilmiah (sebagaimana yang diungkap dalam yang ketiga oleh Titus et. Al.). kedua dimensi pengertian yang terkandung dalam istilah ilmu tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, karena antara kedua-duanya berhubungan erat dalam membangun satu pengertian ilmu. Sejalan dengan hal ini Lenzen (Syaripudin & Kurniasih, 2008) menyatakan bahwa batasan ilmu menunjukkan suatu aktivitas kritis penemuan dan juga sebagai pengetahuan yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas kritis penemuan tersebut. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dewasa ini secara operasional dan substansial istilah ilmu mengandung arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode
ilmiah.
Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Ketiga syarat yang dimaksud, yaitu;
1)      Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya dari objek studi disiplin ilmu yang lainnya.
2)      Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang tepat dalam rangka mempelajari objek studinya
3)      Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan pengetahuan mengenai objek studinya yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
Ada yang berpendapat bahwa selain ketiga syarat atau kriteria di atas masih terdapat satu syarat lagi yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Satu syarat yang dimaksud adalah terjadinya progres, artinya bahwa sistem pengetahuan yang dimaksud mengalami kemajuan atau terus berkembang. Namun demikian, ada pula yang menentang pendapat tersebut. Alasannya, bahwa bertambah tidaknya pengetahuan sebagai isi suatu ilmu atau maju tidaknya suatu ilmu, akan tergantung kepada ada atau tidaknya ilmuwan yang melibatkan diri untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan adapun hal tersebut tidak akan turut menemukan status keilmuan, melaikan hanya akan menemukan “hidup” tidaknya ilmu yang bersangkutan.
Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejalan pendidikan itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil studinya.
B.     Pengertian Pedagogik
Istilah pedagogik (bahasa Belanda: paedagogiek, bahasa Inggris: pedagogy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing atau memimpin. Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah yang masing-masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni paedagogos, pedagogos (paedagoog atau pedagogue), paedagogia, pedagogi (paedagogie), dan pedangogik (paedagogiek). Dari kata paedos dan agogos terbentuk istilah paedagogos yang berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman Yunani kuno yang tugasnya mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah, selain juga bertugas untuk selalu membimbing atau memimpin anak-anak majikannya. Selanjutnya terjadi perubahan istilah, yang dulunya sebagai pelayanan atau pembantu menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai ahli didik atau pendidik. Namun secara prinsipil, bahwa dalam pendidikan anak ada kewajiban untuk membimbing hingga mencapai kedewasaan (Syaripudin & Kurniasih, 2008). Di sisi lain, ada juga paedagogia, yaitu pergaulan dengan anak-anak yang kemudian berubah menjadi paedagogie atau pedagogi yang berarti praktik pendidikan anak atau praktik mendidik anak; dan terbentuklah istilah paedagogiek atau pedagogik yang berarti ilmu pendidikan anak atau ilmu mendidik anak.Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli ilmu pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu mendidik.
C.    Pengertian Pedagogik Sebagai Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan perspektif pengertian pendidikan secara “luas”, maka tujuan itu tidak terbatas, tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup (Mudyaharjo dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Oleh karena itu, pendidikan dapat berlangsung pada tahapan anak usia dini, anak, dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut. Mengacu pada asumsi ini, maka terdapat beberapa cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu pedagogik, andragogi, dan gerogogi (Sudjana dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Jadi, mengacu pada pengertian pendidikan dalam arti luas, yang benar dalam konteks ini, bahwa Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Akan tetapi, Langeveld (Syaripudin & Kurniasih, 2008) dalam bukunya “Beknopte Theoritiche Paedagogiek” pendidikan dalam arti yang hakiki ialah proses pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa; dan mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk membantu atau membimbing anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan. Lanjut Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak mengenal kewibawaan. Syaratnya anak mengenal kewibawaan adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam memahami bahasa. Oleh karena itu, batas bawah pendidikan atau pendidikan mulai berlangsung yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedangkan batas atas pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai, yaitu kedewasaan. Bila anak belum mengenal kewibawaan, pendidikan belum dapat dilaksanakan, dan dalam kondisi ini yang dapat dilaksanakan adalah pra-pendidikan atau pembiasaan. Dengan demikian, menurut tinjuaan pedagogik tidak ada pendidikan untuk orang dewasa, apalagi untuk manusia lanjut. Pendidikan hanyalah bagi anak. Jadi, apabila mencau pada pengertian pendidikan menurut tinjauan pedagogik, maka pernyataan “pedagogik adalah ilmu pendidikan anak” sama maknanaya dengan “pedagogik adalah ilmu pendidikan. Tetapi ketika mengacu pada pengertian pendidikan secara luas di awal, tidak benar apabila pedagogik dimaknai sebagai ilmu pendidikan.
D.    Status Keilmuan Pedagogik
Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejalan pendidikan itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil studinya.Dapat dirumuskan bahwa objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Objek studi ilmu dibedakan menjadi: (1) objek material, dan (2) objek formal. Objek material adalah seseuatu yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud materinya, sedangkan objek formal adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik dari objek material yang dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan objek formal tertentu. Beberapa disiplin ilmu mungkin memimiliki objek material yang berbeda, tetapi mungkin pula mempunyai objek material yang sama. Namun demikian, sebagai ilmu yang ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal ilmu yang lainnya. Objek meterial pedagogik adalah manusia, objek material pedagogik ini adalah sama halnya dengan objek material psikologi, sosiologi, ekonomi dan sebagainya. Namun demikian, pedagogik memiliki objke formal tersendiri, atau mempunya objek formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi dan sebagainya. Objek formal spikologi adalah proses mental dan tingkah laku manusia; objek formal ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia, melalui proses produksi, distribusi dan pertukaran; sedangkan objek formal pedagogik adalah “fenomena pendidikan” atau “situasi pendidikaní” (Drikarya, 1980 & Langeveld, 1980 dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008).
Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu menggunakan metode ilmiah, demikian pula pedagogik. Dalam rangka operasinya, metode ilmiah dijabarkan ke dalam metode penelitian ilmiah. Adapun metode penelitian ilmiah tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) metode penelitian kualitatif dan (2) metode penelitian kuantitatif.
Yang tergolong metode penelitian kualitatif antara lain fenomenologi, hermeneutika, dan etnometodologi, sedangkan yang tergolong metode penelitian kuantitatif antara lain metode eksperimen, metode kuasi eksperimen, metode korelasional dan sebagainya. Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan, sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmu kealaman. Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science), yaitu zamah keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan pradigman Newtodian, ada di antara para filsuf dan ilmuan yang berpendapat bawa ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu kemanusiaan adau ilmu sosial termasuk di dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya seharusnya menggunakan metode kuantitatif atau metode penelitian kealaman. Menurut mereka, sesuatu “ilmu” (termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan metode penelitian ilmu kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status keilmuannya.
Adapuncabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J. Langeveld (1992):
1.      Ilmu pendidikan teoritis
a.       Ilmu pendidikan sistematis
b.      Sejarah pendidikan
c.       Ilmu perbanidngan pendidikan
2.      Ilmu mendidik praktis
a.       Didaktik atau metodik
b.      Pendidikan keluarga pendidikan keagamaan
E. Karakteristik Ilmu Pendidikan
1.      Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang mempunyai tujuan hidup. Oleh karena itu ilmu pendiidkan hanya akan berdirih kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama,  pandangan hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai-nilai yang bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat, karena dengan berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan tidak mudah goyah dan tidak terlalu subyektif.
2.       Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri dari obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu pendidikan adalah manusia. Menurut H.D Sudjana (2000) manusia sebagai obyek material ilmu pendidikan di klasifikasikan berdasarkan pengelompokannya ; manusia sebagai individu, sebagai kelompok, sebagai komunitas, dan manusia sebagai masyarakat. Berdasarkan perkembangannya yaitu, manusia pada masa usia dini, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Obyek formal ilmu pendidikan adalah situasi pendidikan/ situasi pedagogis (M.J. Langveld;1952).
3.      Metode Ilmu Pendidikan
Dalam ilmu pendidikan  menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni prosedur yang menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkna kebenaran pengeahuan yang sah dan dapat di percaya.
4.Isi Ilmu Pendidikan
Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain memuat postulat, asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip dan model.
·      Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa perlu ada pembuktian secara empiris. Seperti manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat di didik serta dapat mendiidk sendiri.
·      Asumsi yaitu pendapat/ pandangan yang di dasarkan pada kerangka berfikir tertentu, yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara empiris.
·      Konsep, ialah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten, yang dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman.
·      Teori adalah kumpulan konsep – konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu gejala atau peristiwa lain terjadi.
·      Generalisasi, yaitu keismpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
·      Hukum, yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan “jika maka” yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sebagai hasil gejala suatu generalisasi dari riset ilmiah.
·      Prinsip, yaitu hokum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka.
·      Model, yaitu suatu bentuk teori atau serangkaian teori.

F. Fungsi Keilmuan Pedagogik 
Sebagaimana ilmu pada umumnya, pedagogik mempunyai fungsi tertentu. Pedagogik mempunyai lima fungsi :
1. Fungsi deskriptif dan preskriptif. Maksudnya bahwa pedagogik, selain berfungsi untuk menggambarkan atau menjelaskan mengenai apa, mengapa dan bagaimana sesunggunya pendidikan anak (deskriptif), juga berfungsi untuk memberikan petunjuk tentang siapa seharunya pendidik dan bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak.
2. Fungsi memprediksi. Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak sebagai suatu hasil studi dalma pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik akan dapat memberikan prediksi-prediksi tertentu tentang apa yang mungkin terjadi dalam rangka pendidikan anak.
3. Fungsi mengontrol. Berdasarkan prediksi-prediksi seperti dijelaskan di atas, maka dengan pedagogik itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian) agar sesuatu yang baik/yang diharapkan berkenaan dengan pendidikan anak dapat terjadi, sedangkan sesuatu yang tidak baik/yang tidak diharapkan yang berkenaan dengan pendidikan anak tidak terjadi.
4. Fungsi mengembangkan. Maksudnya bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan berupaya untuk menghasilkan temuan-temuan yang baru.


















PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu. Pedagogic merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, serta tugas pendidik dalam mendidik anak agar mampu secara mandiri menyelesaikan tuga shidupnya. Dan pedagogik juga memiliki fungsi:
1)      Fungsi deskriptif dan preskriptif
2)      Fungsi memprediksi
3)      Fungsi mengontrol
4)      Fungsi mengembangkan

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca bisa dapat mengetahui dan memahami tentang pedagogik sebagai ilmu pengetahuan sebagai referensi dalam menerapkan sebagai seorang pendidik.










DAFTAR PUSTAKA






















Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH KONSEP, KARAKTERISTIK, DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN

MAKALAH KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN, DAN TANGGUNGJAWAB PENDIDIKAN