Tujuan, Keharusan Dan Kemungkinan Pendidikan
Tujuan, Keharusan Dan Kemungkinan Pendidikan
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pedagogik
Dosen Pengampu: Nurjaman, M. Pd.I
Disusun
Oleh:
Kelompok
03
1. Ayu
Tia Rahmah (150641016)
2. Rita
Tri Noviyanti (150641032)
3. Sindy
Oktaviani (150641047)
Kelas
: SD’15 – A1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
|
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Pembelajaran Pkn yang berbentuk makalah di Universitas Muhammadiyah
Cirebon tahun pelajaran 2017-2018. Makalah ini bertujuan untuk menjadikan
mahasiswa memahami materi yang ada dalam mata kuliah pedagogik.
Penyusunan
makalah ini ditunjukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pedagogik. Di dalam makalah ini membahas tentang tujuan, keharusan dan kemungkinan pendidikan.
Terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1. Nurjaman
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Pedagogik
2. Teman-teman
yang berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan penulis
berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Cirebon,
Novemver 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.
Tujuan dan Manfaat............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.
Pengertian Pendidikan.................................................................... 3
B.
Tujuan Pendidikan.......................................................................... 4
C.
Keharusan Pendidikan.................................................................... 8
D.
Kemungkinan
Pendidikan.............................................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................................................ 27
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 27
B.
Saran.................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 29
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
hidup berbeda dengan hewan, karena manusia mampu secara sempurna menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya, dan senantiasa berupaya menciptakan dunia
kehidupan dan mengatasi realitasnya sendiri. Manusia dalam hidupnya mempunyai
peran sejarah dan menciptakan sejarah baru, dengan kata lain “manusia di
samping makhluk sejarah, juga dikuasai sejarah, ia tidak hanya berada di dalam
dunianya sendiri, tetapi hidup bersama dan berdialog dengan kehidupan” , karena
memang manusia memahami wawasan kesejarahan sebagai wujud kemampuannya belajar
dari pengalaman. Sementara hewan dengan hanya mengandalkan instink, maka
hidupnya lebih banyak tergantung dengan alam, berorientasi pada kekinian, tidak
punya kemampuan mereka masa depan.
Seseorang
disekolahkan oleh orang tuanya tentu agar menjadi seseorang yang cerdas dan
berperilaku baik. Itu adalah tujuan diadakannya pendidikan di negara Indonesia
yaitu taqwa, cerdas dan terampil.
Dengan
tujuan ini sudah seharusnyanya seseorang yang telah memasuki dunia pendidikan
harus berbeda dengan orang yang belum pernah mengenyam pendidikan. Perbedaan
itu tentu harus terlihat dari ketaqwaan, kecerdasan dan ketrampilannya.
Manakala tidak ada perbedaan apalah artinya pendidikan baginya.
Akan
tetapi faktanya sekarang antara orang yang bersekolah dengan orang yang tidak
bersekolah memiliki akhlak yang lama, dengan demikian bisa dikatakan prows
pendidikan di sekeloh-sekolah sekarang gagal. karena tidak bisa memberi
pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik. Hal tersebut timbul
dikarenakan tujuan pendidikan itu sendiri yang simpang siur, t-idak sedikit
sekolah-sekolahan yang tidak mengerti akan tujuan dari pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa Pengertian Pendidikan?
2. Apa Tujuan Pendidikan?
3. Apa Keharusan Pendidikan?
4. Apa Kemungkinan Pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat menguraikan
tujuan dari isi makalah ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian pendidikan
2.
Untuk mengetahui tujuan pendidikan
3.
Untuk mengetahui keharusan pendidikan
4.
Untuk mengetahui kemungkinan Pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pengertian Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk
mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.
Pengetian pendidikan Menurut UU No.
20 Tahun 2003: Pengertian pendidikan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengetian pendidikan Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Pendidikan yakni satu sistem
evaluasi untuk tiap-tiap individu untuk meraih pengetahuan serta pemahaman yang
lebih tinggi tentang object spesifik serta khusus. Pengetahuan yang didapat
secara resmi itu menyebabkan pada tiap-tiap individu yakni mempunyai pola
fikir, tingkah laku serta akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.
Sedangkan
secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau haluan. Dalam bahasa arab “ tujuan” diistilahkan
dengan ‘ghayat, ahdaf, atau maqashid. Sementara dalam bahasa inggris di
istilahkan dengan“goal, purpose, objectives atau aim”.
Secara
termonologi, Menurut Zakiah Daradjat tujuan ialah suatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan
bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan
kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan
jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada
Allah SWT.
B.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan yang paling umum ita dengar di indonesia ini ada lah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan, dan itu adalah tujuan pendidikan di Indonesia
Sementara
tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mengubah segala macam kebiasaan
buruk yang ada di dalam diri manusia menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama
masa hidup, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang
mampu bersaing dan menjawab berbagai tantangan di masa depan.
Beberapa tokoh memiliki definisi masing-masing untuk tujuan
pendidikan, diantaranya:
1.
Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah
untuk mendidik anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu
kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan
masyarakatnya.
2.
Friedrich Frobel
Tujuan pendidikan adalah
membentuk anak menjadi makhluk aktif dan kreatif.
3.
John Dewey
Tujuan pendidikan adalah
membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik, yaitu anggota masyarakat
yang mempunyai kecakapan praktis dan dapat memecahkan problem sosial
sehari-hari dengan baik.
Sedangakan
tujuan pendidikan menurut lainnya, yaitu:
1.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan bangsa.
2.
Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki
oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945.
3.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi
Amandemen) 1)
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.” 2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
4.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
5.
Tujuan Pendidikan Menurut Unesco Dalam upaya meningkatkan
kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu
pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning
to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan
tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Secara
garis besar, tujuan pendidikan merupakan titik dasar untuk menentukan ke mana
arah pendidikan akan dicapai, siapa yang akan menjadi subjek serta objek
pendidikan, dan apa hasil yang akan diraih, sehingga akan terlihat jelas
bagaimana proses dan jalan yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan
pendidikan tersebut. Adapun tujuan pendidikan menurut para pakar pendidikan di
Indonesia sebagai berikut:
1.
Ki Hajar Dewantoro sebagai bapak pendidikan di
Indonesia, memberikan penjelasan jelas mengenai tujuan pendidikan, yaitu dengan
mengajarkan berbagai macam disiplin ilmu kepada peserta didik agar mereka
memiliki kepribadian baik dan sempurna dalam hidup, di mana ini akan sejalan
dengan masyarakat, alam, dan lingkungan.
2.
Dalam sebuah buku berjudul “Ilmu Pendidikan”,
Ahmadi menuturkan bahwa tujuan pendidikan menurut agama islam adalah untuk
melahirkan generasi bangsa yang cerdas, sehat, patuh, dan taat kepada Allah
SWT, serta menjauhi setiap larangan-Nya.
3.
Menurut J.J. Rousseau, salah satu tokoh aliran
naturalisme, mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai wujud pertahanan
sifat serta sikap baik di dalam diri sendiri, kemudian mengajarkannya kepada
peserta didik sehingga melahirkan generasi yang mampu tumbuh dan berkembang
secara alami seperti halnya manusia dengan kebaikan yang dimiliki.
4.
Dalam sebuah buku berjudul “Pengantar Pendidikan
Teori dan Aplikasi”, Suardi mengemukakan pendapat bahwa tujuan pendidikan
merupakan sebuah hasil refleksi yang dicapai setelah proses pemberian
pendidikan kepada peserta didik telah selesai. Untuk mencapai tujuan itulah
proses belajar dan mengajar baik dalam hal memberikan stimulus ilmu dari guru
kepada peserta didik, mengerjakan beberapa latihan soal, maupun berbagai macam
aktivitas di dalamnya harus dilakukan agar peserta didik mampu menuju ke arah
tujuan pendidikan secara total.
Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam
komunitas besar suatu negara, di mana pendidikan merupakan ujung tombak untuk
menciptakan perkembangan dan kemajuan negara itu sendiri. Tidak diragukan lagi
bahwa generasi muda setiap negara membutuhkan peran pendidikan yang besar.
Tanpanya, generasi muda akan layu dan tertinggal sehingga ini akan mempengaruhi
kualitas maju atau tidaknya negara itu, karena generasi muda adalah tulang
punggung negara.
Menurut
H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkanajaran Islam secara bertahap.66
Tujuan pendidikan Islam adalah "suatu istilah untuk mencari
fadilah, kurikulum pendidikan islam berintikan akhlak yang mulia dan mendidik
jiwa manusia berkelakuan dalam hidupnya sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaan
yakni kedudukan yang mulia yang diberikan Allah melebihi makhluk-makhluk lain
dan dia diangkat sebagai khalifah.
C.
Keharusan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua
orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir
dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan
mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang
ditelantarkan tersebut.
Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat
lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak
memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak
menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak
lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.
Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena pada hakikatnya manusia
dilahirkan dengan keadaan tidak berdaya karena ia membutuhkan bantuan orang
lain belum bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. (Saduloh, 2010;72) tentu
saja dalam suatu pendidikan seseorang tidak bisa langsung melakukan semuanya
sendiri karena pada saat lahir seorang manusia tidak langsung dewasa dan memahami
nilai dan moral yang ada dikehidupan sehingga manusia itu perlu dibimbing.
Manusia juga tidak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menanggung segala
konsekuensi dan perbuatannya tanpa mengalami proses pendidikan yang terbentuk
dari suatu kebiasaan.
MJ. Langeveld mengemukakan bahwa manusia pada hakekatnya adalah:
1.
Animal educabile,
artinya manusia itu pada hakekatnya adalah makhluk yang dapat dididik.
2.
Animal educandum,
artinya manusia pada hakekatnya adalah manusia yang harus dididik.
3.
Homo educandus,
artinya manusia pada hakekatnya makhluk yang dapat dan harus mendidik, juga
dapat dan harus dididik.
Kembali pada persoalan pokok dari uraian ini, mengapa pendidikan itu
merupakan keharusan pada manusia? Jawaban terhadap persoalan ini dapat ditinjau
dari dua segi:
1.
Ditinjau dari segi
anak sebagai anak didik
Keharusan pendidikan diberikan kepada anak didik sebagai anak didik
berdasarkan suatu kenyataan bahwa:
a.
Anak
mempunyai insting.
Hal tersebut merupakan pembawaan sejak lahir dan sebagai modal pokok kemampuan
manusia sehingga manusia dapat mempertahankan dan mengembangkan hidupnya.
Insting ini perlu dikembangkan agar manusia dapat membedakan dirinya dengan
dunia binatang.
Insting pada manusia sifatnya dapat menerima input atau ransangan dari luar
baik disengaja maupun tidak disengaja sehingga terjadi perkembangan dan
perubahan pada insting tadi. Sedangkan insting pada binatang sifatnya tertutup
artinya tidak dapat menerima pengaruh dan ransangan dari luar sehingga dunia
binatang sifatnya tetap.
Jadi, pengembangan insting dapat dilakukan dengan memberikan pengaruh dari
luar berupa pendidikan. Karena pendidikan berusaha mengurangi peranan insting
dan mengembangkan peranan pikiran dan budi pekerti manusia untuk kesejahteraan
manusia.
b.
Manusia sejak lahir mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan.
Anak dilahirkan masih harus memerlukan pertolongan dan bantuan dari orang
lain. Pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi pada segi-segi fisik, psikis,
sosial dan keagamaan.
1)
Fisik perlu
dikembangkan untuk menuju pertumbuhan jasmani yang dewas dan sehat.
2)
Psikis memerlukan
bantuan agar tercapai manusia yang dewasa, manusia yang berdiri sendiri dan
bertanggung jawab dalam kehidupannya.
3)
Rasa sosial perlu
ditumbuhkan agar manusia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
mengerti hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat.
4)
Rasa keagamaan manusia
perlu ditingkatkan agar manusia dapat taqwa dan beribadah kepada Tuhannya,
untuk kesejahteraan kehidupan akhiratnya.
Pendek kata segi-segi kehidupan di atas masih sangat membutuhkan
pertolongan dari orang lain sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal, sehingga tercapai manusia dewasa lahir batin. Sedangkan pendidikan
berfungsi untuk mengembangkan aspek-aspek tadi.
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti
khusus, memerlukan waktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian
kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa
ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara
konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan untuk
hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok
tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat
dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada
masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada
masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin
kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem
nilai.
Jika anak tidak memerlukan pendidikan, ini berarti anak sejak lahir telah
dewasa, artinya tidak lagi bantuan orang lain. Hal ini bertentangan dengan
kodrat manusia dan kenyataan sehari-hari yang mana anal lahir dalam keadaan
tidak berdaya dan sangat memerlukan bantuan dari ibunya dan orang dewasa untuk
memelihara dan merawatnya.
c.
Manusia yakni anak
didik tidak hanya hidup sebagai individu yang
mempunyai kebebasan atas hak-haknya, tetapi manusia hidup dalam ikatan
kelompok sesama manusia yakni kehidupan bermasyarakat.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi
manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya
dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan.
Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku
kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah
dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara
jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.
Dalam kehidupan manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu
dimana manusia satu dengan manusia lainnya harus bekerja sama, tolong menolong
dan didik mendidik untuk kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial ini dapat dicapai jika dalam masyarakat tadi terjadi
proses pendidikan. Karena itu suatu keharusan bagi manusia mendapatkan
pendidikan, agar tercipta masyarakat yang maju dan modern serta dapat menunjukkan
produktivitas dalam kehidupannya.
2.
Ditinjau dari segi
pendidik sebagai orang dewasa
Orang dewasa mempunyai keharusan untuk melaksanakan usaha-usaha yang
bersifat pendidikan terhadap orang yang belum dewasa. Dasar pemikiran ini
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a.
Manusia sebagai
makhluk social
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi
manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya
dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan.
Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing,
tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi
dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan
yang satu dengan jenis hewan lainnya.
Artinya bahwa makhluk harus hidup di masyarakat dan harus bermasyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia saling bergaul, saling berinteraksi dan
terikat satu sama lainnya yang mengikuti suatu system adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu. Keterikatan manusia sebagai warga masyarakatyang
menyebabkan manusia saling tolong menolong, hidup bersama dan didik mendidik
untuk mencapai kesejahteraan dan kecerdasan anggotanya. Dengan demikian sifat
sosial dari orang dewasa yang mengharuskan manusia melakukan kegiatan-kegiatan
yang bernilai pendidikan.
b.
Orang dewasa sebagai
makhluk yang berbudaya
Artinya manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai-nilai
kebudayaan yang tercipta dalam cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan yang
diciptkan sebelumnya memerlukan penerusan, pengawetan dan pengembangan bagi
generasi berikutnya.
Disinilah mengandung pemahaman, bahwasanya manusia mendidik manusia
lainnya, agar kebudayaan tadi dapat dipertahankan dalam kehidupan selanjutnya.
Pendidikan berperan sangat besar sekali terhadap perkembangan nilai-nilai
budaya terhadap generasi berikutnya. Karena pendidikan dapat memperkenalkan,
mengolah, mensleksi dan mengembangkan kebudayaan melalui latihan-latihan yang
diberikan kepada anggota masyarakat.
Orang dewasa sebagai manusia yang telah mempunyai banyak
pengalaman-pengalaman termasuk pengalaman berbudaya, mempunyai kewajiban dan
memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan tadi kepada manusia yang belum
dewasa.
Bahwa disamping manusia sebagai makhluk berbudaya, dalam batas tertentu
mempunyai ide-ide atau cita-cita hidup. Ide-ide dan gagasan manusia banyak yang
hidup dalam masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakt. Gagasan-gagasan itu
tidak lepas satu dari yang lain, melainkan berkaitan, menjadi satu system.
Salah satu ide-ide tadi adalah kegiatan manusia untuk mendidik manusia lainnya.
Minimal mendidik putera puterinya. Cita-cita ini yang mengharuskan manusia
memberikan pendidikan terhadap lainnya walaupun tidak sempurna.
D.
Kemungkina Pendidikan
Paradigma
baru pendidikan membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau
tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Formalitas dan
legalitas tetap saja menjadi sesuatu yang penting, akan tetapi perlu diingat
bahwa substansi juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan hanya untuk mengerjar
tataran formal saja. Maka yang perlu dilakukan sekarang bukanlah menghapus
formalitas yang telah berjalan melainkan menata kembali sistem pendidikan yang
ada dengan paradigam baru yang baik. Dengan paradigma baru, praktik
pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpuk pada teori
kognitif dan konstruktivistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan
kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong
siswa membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri dalam konteks sosial, dan
belajar dimulai dari pengetahuan awal dan prespektif budaya. Tuas belajar
didesain menantang dan menarik untuk mencapai derajat berpikir tingkat tinggi
(Kamdi, 2008).
Pemikiran-pemikiran
yang positif memberikan arahan bahwa sudah selayaknya jika dunia pendidikan
diarahkan pada upaya transformasi dan pengembangan prinsip-prinsip secara
komprehensip dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Kepada para
peserta didik perlu diberi bekal pengetahuan serta nilai-nilai dasar sebagai
suatu pandangan hidup yang sangat berguna untuk mengarungi kehidupan dalam
masyarakat pluralis, baik dari aspek etnisitas, kultural, maupun agama. Jika
dunia pendidikan berhsil melasanakan tugas ini, maka pada gilirannya masyarakat
kita dimasa depan makin lama akan berkembang menjadi masyarakat yang
berkualitas secara intelektual dan moral. Namun sebaliknya jika gagal maka kita
tidak bisa berharap generasi dimasa depan akan mampu menampilkan sosok bangsa
yang cerdas serta mampu menjungjung niali nilai luhur budaya.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menumbuhkan suasana dialogis,
kesetaraan dan tidak arogan atau non defensif serta selalu berupaya mendorong
sikap positif, akan dapat mendorong terjadinya keefektifan Proses pembelajaran
(Goldsmith, 1996: 236). Para pendidik maupun peserta didk, sesuai dengan
kapaitasnya, harus berusaha untuk mampu saling menghargai dan menghormati
pendapat atau pandangan orang lain. Karena itu suasana pendidikan harus
diciptakan dalam rangka mengembanmgkan dialog-dialog kretaif dimana setiap peserta
didik diberi kesempatan yang sama untuk diskusi, berdebat, mengajukan dan
merespon berbagai persoalan yang muncul dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Yang penting adalah bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi
sebijaksana mungkin menurut kemampuannya masing-masing. Suasana kesetaraan
perlu dikembangkan dengan berorientasi pada upaya mendorong peserta didik agar
mampu menyelesaikan berbagai perbedaan yang ada di antara sesama secara
harmonis dan rasional
Pendidikan
harus menyeimbangkan antara hal- hal yang akan berdimensi masa depan dengan
hal-hal yang berdimensi masa kini. Menurutnya secara subtansi, arah pendidikan
harus membekali peserta didik dengan
kompetensi yang bersifat subject master dan
kompetensi lintas kurikulum (cross curriculer competencial) yang diperlukan.
Kompetensi subjek master berkaitan dengan mata pelajaran yang harus benar-benar
dipilih oleh satuan pendidikan sebagai dasar peserta didik untuk memahami dan
mengembangkan kompetensi dirinya. Kompetensi lintas kurikulum adalah
kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan peserta didik sebagai individu, yang baik
secara inplisit maupun eksplisit terkait dengan berbagai mata pelajaran.
Pendidikan
Indonesia akan lebih baik tergantung pada bagaimana konsep manusia lengkap
dengan tujuan hidup dan analisis mengenai tantangan zamannya. Dalam kiatan itu
Mastuhu (dalam Rahardjo, 1997) menjelaskan salah satu dimensi manusia adalah
melampaui makhluk-makliluk lain sesama
ciptaan Tuhan, karena manusia memiliki tiga sifat utama yang tidak dimiliki
oleh makhluk lain (a) sadar diri, (b) kehendak bebas, dan (c) berpikir atau
kreativitas. Di era globalisasi Indonesia melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, dengan tekanan
menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel,
sehingga para luiusan lembaga pendidikan dapat berfungsi secara efektif dalam
kehidupan masyarakat global yang demokratis.
Pembelajaran
sebagai pilar Utama pendidikan komisis pendidikan untuk abad XX1(Unesco,1996:85)
melihat bahwa hakekat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (Learning) selanjutnya dikemukakan bahwa
pendidikan bertumpuk pada 4 pilar yaitu (1) learning
to know (2) learning to do (3) learnnig to live together, learning to live
with others, dan (4) learning to be.
Learning to know adalah
upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai
tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan
memberikan kemampuan sikap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar
mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan
keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sebagai
pengetahuan, maka pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam rangka
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta penemuan di dalam kehidupannya.
Learning to do lebih
ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktekkan segala
sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh tersebut dengan pekerjaan
pekerjaan dimasa depan. Memperhatikan secara cermat kemajuan-kemajuan serta
perubahan perubahan yang terjadi, maka pendidikan tidak cukup hanya dipandang
sebagai transmisi atau melaksanakan tugas-tugas rutin, akan tetapi harus
mengarah kepada pemberian kemampuan untuk berbuat menjangkau kebutuhan kebuthan
dinamis masa mendatang, karena
lapangan kerja dimasa mendatang akan sangat tergantung pada kemampuan untuk
mengubah kemajuan dalam pengetahuan yang melahirkan usaha atau pekerjaan-pekerjaan
baru.
Learning to live
together, learning, learning to live with others, pada
dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan membimbing peserta didik agar mereka
dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik.menjauhi
prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari
terjadinyan perselisihan dan konflik.
Learning to be,
sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa perinsip
fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan konstribusi untuk perkembangan
seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika,
tanggung jawab pribadi dan nilai –nilai spritual.
Keempat
pilar pendidikan sebagaimana dipaparkan di atas, sekaligus misi dan tanggung
jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui,
belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar menjadi seseorang atau
belajar menjadi diri sendiri yang didasri keinginan secara sungguh-sungguh maka
akan semakin luas wawasan seseorang tentang pengetahuan, tentang nilai- nilai
positif tentang orang lain serat berbagai dinamika perubahan yang terjadi.
Perubahan
paradigma baru mengenai sekolah dimana sekolah dalam peradaban yang semakin
tinggi diperlukan informasi teknologi yang memadai agar tidak tertinggal jauh dan
dapat bersaing dalam era global yang mengalami perubahan sangat cepat.
Berikut ini dibahas studi keefektifan sekolah masa
depan:
1.
Teknologi
Informasi dalam Dunia Pendidikan.
Masa depan para guru dan siswa pada era
teknologi yang tinggi tidak lagi dibatasi waktu dan ruang kelas yang terdapat
dilembaga pendidikan namun guru dan siswa sudah dihubungkan dengan sebuah
jaringan komputer dan Net. Begitu pulang kalau para siswanya ingin konsultasi
dengan sang guru dapat mereka lakukan lewat net. Sekolah-sekolah bahkan dapat
mendirikan ruang kelas maya bagi para siswa untuk memecahkan masalah masalah
mereka atau untuk mengeksplorasi pelajaran yang berbeda beda, yang menarik
mereka. Para guru dan siswa dari berbagai kelas dan tingkatan dapat bergabung
dalam diskusi diruang kelas maya ini. Pembelajaran menjadi tak terbatas dalam
ruang dan waktu. Pembelajaran jarak jauh dan pengajaran lewat internet dapat
dilakukan dengan efektif sehingga siswa pergi ke sekolah memberi kemungkinan
tidak hanya mendapat pengetahuan dan proses sosialisasi yang tidak dapat
diperoleh dalam pembelajaran lewat internet. Komputer tidak dapat mengambil
seluruh fungsi sekolah namun dalam penyebaran teknologi informasi, dapat
bergeser dari pembelajaran bersama yang disentralisasikan menjadi pembelajaran
yang diindividualkan, yang di desentralisasikan.
2.
Pembelajaran
Pendidikan dan Pengetahuan di Rumah.
Pada masa depan nanti menurut Wen
(2003:93) ada orang yang akan kembali ke zaman ketika mereka kebanyakan diajar
di rumah. Orang tua memikirkan dan mempertimbangkan bahwa anaknya lebih baik
dididik dengan cara lain seperti diajari di rumah atau berpartisipasi dalam
kelompok–kelompok pendidikan kecil secara privat. Tingkat pencapaian dapat
dipantau dengan uji publik.
3.
Pembelajaran
Pendidikan dan Pengetahuan yang bersifat keterampilan khusus.
Sekolah masa depan akan berubah dari
sekolah dengan maksud umum menjadi sekolah dengan maksud khusus. Yang diajarkan
sekolah di masa lalu adalah pengetahuan umum, tetapi sekolah masa depan mungkin
akan menjadi pusat pelatihan dalam ketrampilan atau pembelajaran khusus,
sehingga siswa dapat menganggap di mana-mana adalah sekolahku dan semua orang
adalah guruku.
4.
Sekolah
yang direformasikan.
Di masa depan sekolah-sekolah yang baik
bisa berkembang tanpa batas. Sekolah-sekolah yang rendah kualitasnya akan
tersingkirkan karena kurangnya siswa. Sekarang sekolah-sekolah masih terbatas
pada ruang kampus dan tersedianya guru. Mereka hanya dapat menampung siswa
hingga jumlah tertentu, tetapi dengan Net sebuah sekolah yang semula hanya
dapat menampung beberapa ribu siswa bisa menjadi sebuah sekolah besar dengan
beberapa juta siswa, hal ini bukannya mustahil.
Menurut Mortimore (1991) faktor yang
sensitif dalam perkembangan manajemen siswa dan guru di sekolah, keterlibatan
siswa, lingkungan yang kondusif dan iklim sekolah positip, merupakan hal yang
penting diidentifikasi. Sebuah contoh kongkret, seorang kepala sekolah harus
melakukan pengecekan secara langsung ke bawah di mana ditemukan outcomes siswa
sangat rendah dan guru-guru kurang perhatian. Orang tua wali murid sangat vokal
dan kritis serta komunitas yang menginginkan perubahan ke arah kebaikan siswa
dan staff. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen dan kemampuan dari
seorang kepala sekolah menjadikan sekolah tersebut sebuah model sekolah yang
efektif.
Untuk
menjadikan sekolah efektif diperlukan pilihan suatu proses perkembangan secara
cepat untuk melakukan perubahan setelah pengecekan langsung ke bawah. Di
Inggris misalnya sekolah dipercaya untuk :
1) Membuat
Pengantar Kurikulum Nasional dengan keputusan yang penting dalam pembuatan
program individu siswa.
2) Mengoperasikan
sistem manajemen lokal sekolah dengan pelatihan ilmu manajemen yang berbasis
sekolah.
3) Kompetensi
siswa yang rendah dikembangkan menjadi lebih optimal (Mortimore,1991:159).
Untuk
perkembangan masa depan sekolah diperlukan sebuah bentuk model keluaran
sekolah. Spesifikasi sebuah model sekolah yang penting adalah:
1)
Membuat
siswa dalam kelompok-kelompok besar dan khusus dengan melakukan control secara
optimal.
2)
Pembagian
waktu secara proporsional yang lebih besar.
3)
Pemberian
pengetahuan setiap hari dimulai dengan bel atau sirene.
4)
Keputusan
untuk memilih kepala sekolah, merupakan hal penting membawa output dari sekolah
menjadi lebih baik, teknik formal yang biasanya ditempuh yaitu lewat testing
(Mortimore,1991:162).
Kepala sekolah berpengaruh terhadap pendidikan, oleh
karena itu dalam pengelolaan sekolah peran kepala sekolah sangat menonjol.
Bukti bahwa peran tersebut sangat kuat, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan
kepala sekolah yang baik, sangat besar sumbangannya terhadap sekolah yang
efektif. Menurut Standfield dkk (dalam Mudjiarto, 2001: 12) berdasarkan hasil
penelitian dari pola sekolah yang efektif kepala sekolah dipandang sebagai
“Ksatria” yang menyelamatkan anak-anak dengan memberikan pendidikan yang
efektif. Perubahan perbaikan dari prestasi rendah, disiplin yang tak terwujud
dan moral staf yang kurang baik diharapkan menjadi lebih baik, dengan
pendekatan terhadap perbaikan pengajaran dalam empat aspek yaitu: disiplin,
prestasi, sikap dan kepribadian. Semua aspek tersebut ditumbuhkan dengan
berdasarkan pada harapan-harapan yang tinggi, terciptanya suasana emosi yang
positip, pelaksana supervisi yang obyektif, dan penggunaan teknik kepemimpinan
yang sesuai oleh kepala sekolah. Untuk mencapai itu dibutuhkan kepemimpinan
kepala sekolah yang kuat harapan yang tinggi yang disuarakan oleh seluruh warga
sekolah, iklim belajar di sekolah yang teratur, penekanan yang kuat pada
ketrampilan-ketrampilan dasar mengajar, evaluasi yang sering diadakan serta
pemantauan terhadap kemajuan siswa secara kontinyu. (Mujiarto, 2001: 13-14).
Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan
kepala sekolah sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :
1.
Kepribadian
yang kuat, percaya diri, berani, bersemangat murah hati, dan memilih kepekaan
sosial.
2.
Memahami
tujuan pendidikan dengan baik.
3.
Pengetahuan
yang luas.
4.
Keterampilan
profesional (tehnis, hubungan kemanusiaan, konseptual).
5.
Memiliki
prinsip kepemimpinan yang baik yaitu konstruktif, kreatif, partisipatif,
kooperatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis,
keteladanan, adaptasi dan fleksibel (Depdiknas, 2000: 12-13).
Selain itu diperlukan penampilan dan kinerja yang
baik dari kepala sekolah. Menurut Wahyosumidjo (2002: 433) kepemimpinan kepala
sekolah diperlu-kan kekuatan pendorong sehingga anak buah selalu mengikuti apa
yang diinginkannya dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
kewibawaan (power), sifat-sifat dan ketrampilan, perilaku (behaviour) serta
fleksibilitas pemimpin.
Untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa di
sekolah yang baik selain kepala sekolah juga dibutuhkan guru yang memenuhi
syarat kualifikasi yang tinggi dan mampu menghadapi banyak perubahan dalam
pendidikan masa depan dan membimbing para siswanya dengan lancar di abad baru
ini.
·
Peran
Guru di Masa Lalu, Zaman Sekarang, dan Masa Depan.
Peran guru di masa lalu sangat mempengaruhi
pola pikir, cara pandang dan perilaku seumur hidup siswanya dan sangat
dihormati serta dianggap orang terpenting kedua setelah orang tua, namun di
jaman sekarang perkembangan guru mulai jatuh dan mengenaskan, ini karena selama
beberapa puluh tahun terakhir menganggap guru sebagai tenaga kerja murahan
untuk meneruskan pengetahuan. Ada anggapan bahwa apa yang diajarkan tidak
sesuai dengan muatan ujian sehingga guru les privat menjadi populer karena
mengkompensasi apa yang kurang diajarkan guru di sekolah dan sesuai dengan
muatan ujian.
Peranan guru di masa depan dapat ditingkatkan dengan
penggunaan teknologi komputer, peran guru semakin nyata, pengetahuan informasi
teknologi dapat dikembangkan secara maksimal dan membimbing kurikulum. Guru
dituntut kreatif yang mampu memenuhi kebutuhan orang lain, mempunyai
kompetensi-kompetensi inti dan kemampuan-kemampuan khusus. Peran guru di masa
depan mencakup bimbingan kurikulum, mengevaluasi kemajuan pembelajaran,
bimbingan dalam seni menjalani kehidupan, konseling dalam perencanaan kehidupan
dan pengembangan kreativitas serta potensi.
·
Kemampuan-kemampuan
Penting Guru di Masa Depan
a.
Ketrampilan
berkomunikasi.
b.
Ketrampilan
computer.
c.
Memberikan
Pengaruh Positip (Wen ,2003: 99-118).
Keefektifan
dan kemampuan guru merupakan salah satu karakteristik yang berpengaruh pada
prestasi akademik siswa di sekolah dimana semakin efektif dan kemampuan tinggi
guru melakukan tugas maka akan semakin tinggi prestasi akademik siswa
(Mujiarto, 2001: 53). Di PBM guru sangat menentukan kualitas lulusan, namun
perlu kebersamaan dalam unsure komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru
administratif serta keterlibatan orang tua guna mendukung keberhasilan anak
didik.
Tak
hanya kepala sekolah dan guru, peran
orang tua juga turut serta dan ikut andil dalam pendidikan. di dalam pendidikan
anak-anak seharusnya mempunyai kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang akan
dipelajari apakah mereka mengejar studi akademik ataukah hanya sampai pada
sekolah menengah. Sama dengan pengembangan pengetahuan, kalau seseorang anak
ingin meningkatkan cadangan pengetahuannya, ia bisa terus belajar, kalau ia
merasa cukup pengetahuannya dan ingin bekerja seharusnya mereka diizinkan untuk
bekerja. Namun orang tua harus mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang anak untuk masa depan yaitu mengenal sebanyak mungkin kemampuan
berbahasa, yang nantinya berhubungan dengan orang lain. Di masa depan apabila
tidak mengenal bahasa asing maka akan memiliki daya saing yang terkikis.
Kemampuan dasar yang kedua yaitu pertimbangan. Pendidikan pengetahuan dapat
diefektifkan dengan bantuan komputer. Hanya pertimbangan yang baiklah maka
dapat mencegah seorang anak kehilangan arah dan teguh terhadap prinsip-prinsip
yang dipegang seandainya dilingkungan yang tidak sehat. Peranan orang tua dalam
pendidikan diantaranya :
1.
Pembelajaran
mandiri bagi anak maupun orang tua sendiri setelah anak besar.
2.
Mengubah
peranan dari melindungi menjadi penolong.
3.
Mengubah
anggapan bahwa anak lemah (Wen , 2003: 119-126).
Menurut Mudjiarto (2001: 74) peranan orangtua perlu
dilibatkan dalam kegiatan sekolah termasuk dukungan orangtua terhadap program
dan tujuan yang ingin dicapai sekolah secara konsisten. Pengontrolan anak dapat
lebih ketat dan disiplin dalam keaktifan dalam mengikuti PBM. Pelibatan
orangtua tidak hanya bersifat bantuan dana saja namun program dan perencanaan
partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan
orangtua.
Keberanian sekolah dibutuhkan untuk menggugah
orangtua agar perlu memperhatikan sekolah anaknya dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswanya.
Tilaar
(2000) bahwa melalui paradigma baru pendidikan dituntut untuk menekankan
pengembangan kemampuan tertentu pada diri anak didik, antara lain: (1)
kemampuan untuk mendekati permasalahan secara global dengan pendekatan
multidisipliner, (2) kemampuan untuk menyeleksi arus informasi yang sedemikian
deras, untuk kemudian dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, (3)
kemampuan untuk menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain secara kreatif,
(4) meningkatkan kemandirian anak karena tingkat otonomi kehidupan pribadi dan
keluarga semakin tinggi, (5) menekankan pengajaran lebih pada learning how to learn, dari pada learning something.
Sehubungan
dengan itu maka lembaga pendidikan harus bergeser untuk mengembangkan kultur
pembelajaran yang holistik termasuk mengembangkan visi pendidikan yang jelas,
konsisten, disertai dengan kepemimpinan yang dapat memberikan arah, memajukan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, mengembangkan masyarakat
pembelajaran, mendorong munculnya iklim belajar dimanapun juga, dan secara
sadar mengembangkan proses sosialisasi profesional baik di kalangan guru
ataupun siswa.
Untuk
itu dalam reformasi dua hal yang perlu dilakukan, yaitu: (a) mengidentifikasi
atas berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan, dan (b)
merumuskan reformasi yang bersifat strategik dan praktis sehingga dapat
diimplementasikan di lapangan.
Sehingga dengan demikian maka, reformasi
pendidikan yang diperlukan yaitu yang bersifat menyeluruh dan mendasar,
menyangkut dimensi cultural, fokasional politik-kebijakan, teknis-operasional,
dan dirnensi kontekstual. Selain itu reformasi pendidikan juga harus
menghindari upaya pencapaian hasil jangka pendek atau semu dengan paradigma
pencapaian hasil jangka panjang.
Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik,
maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.
1.
Peserta
didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya.
2.
Peserta
didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3.
Penguasaan
materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-long learning).
4.
Penggunaan
multimedia.
5.
Guru
sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6.
Terpadu
dan berkesinambungan.
7.
Menekankan
pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan proses belajar dan dapat
digunakan sebagai salah satu sumber belajar.
8.
Iklim
yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9.
Peserta
didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.
10. Penekanan pada pencapaian target
kompetensi dan keterampilan.
11. Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang
ada di sekitar.
Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang
diuraikan sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus
mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang harus
ditanamkan pada pebelajar. Keterampilan tersebut, antara lain:
1.
Keterampilan
Penelitian
2.
Keterampilan
Komunikasi
3.
Keterampilan
Berpikir
4.
Keterampilan
Sosial
5.
Keterampilan
Mengatur diri sendiri
6.
Keterampilan
Hidup
Sehingga pada
akhir pembelajaran suatu jenjang pendidikan setiap pebelajar bisa menjadi
seperti yang diungkapkan oleh Ken Kay, President Partnership for 21st Century
Skills, antara lain :
• Pemikir yang kritis
• Seorang penyelesai masalah
• Seorang inovator
• Dapat berkomunikasi secara efektif
• Dapat berkolaborasi secara efektif
• Dapat mengarahkan diri sendiri
• Paham akan informasi dan media
• Paham dan sadar akan masalah global
• Memikirkan kepentingan umum
• Terampil dalam keuangan, ekonomi dan
kewirausahaan
Menurut Dryden dan Jeannette (1999)
bahwa maka ada 12 langkah utama mengubah sistem pendidikan (menuju sistem
sekolah masa depan), yaitu:
(1)
Sekolah menjadi pusat
somber daya masyarakat sepanjang hayat;
(2)
Tanya dulu pelanggan
anda;
(3)
Jaminan kepuasan
pelanggan;
(4)
Layani semua ragam
kecerdasan dan gaya belajar;
(5)
Gunakan teknik
pengajaran terbaik di dunia;
(6)
Lihatlah sumber daya
utama guru;
(7)
Jadikan setiap orang guru
dan sekaligus murid;
(8)
Rencanakan kurikulum
empat-bagian;
(9)
Ubahlah sistem
penilaian;
(10) Gunakan
teknologi masa depan;
(11) Gunakan
seluruh masyarakat sebagai sumber daya;
(12) Bagi
semua orang hak memilih.
Dengan demikian pendidikan akan membawa angin segar
bagi seluruh umat manusia. Satu hal yang perlu kita pahami melalui ungkapan
McKenzie, yaitu “untuk mendidik dan menghasilkan orang dewasa yang tidak
sekedar menjadi penduduk dunia namun juga mencoba untuk menciptakan dunia masa
depan yang cocok untuk semua penduduknya”. Inilah sebenarnya yang diharapkan.
Mudahan apa yang diharapkan ini bisa terwujud dengan cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
pendidikan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai
Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan suatu keharusan pada manusia
dapat ditinjau dari dua segi:
1.
Ditinjau dari segi anak sebagai anak didik
Keharusan pendidikan diberikan kepada anak didik sebagai anak didik
berdasarkan suatu kenyataan bahwa:
a.
Anak mempunyai
insting.
b.
Manusia sejak lahir
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
c.
Manusia yakni anak
didik tidak hanya hidup sebagai individu yang
2.
Ditinjau dari segi pendidik sebagai orang dewasa
a.
Manusia sebagai
makhluk social
b.
Orang dewasa sebagai
makhluk yang berbudaya
Perubahan paradigma baru mengenai sekolah dimana
sekolah dalam peradaban yang semakin tinggi diperlukan informasi teknologi yang
memadai agar tidak tertinggal jauh dan dapat bersaing dalam era global yang
mengalami perubahan sangat cepat.
Berikut ini dibahas
studi keefektifan sekolah masa depan:
1. Teknologi Informasi dalam Dunia
Pendidikan.
2. Pembelajaran Pendidikan dan Pengetahuan
di Rumah.
3. Pembelajaran Pendidikan dan Pengetahuan
yang bersifat keterampilan khusus.
4. Sekolah yang direformasikan.
B. Saran
Sebagai calon
pendidik sebaiknya kita mengetahui arti dari pendidikan itu sendiri serta tujuan,
keharusan, dan kemungkinan pendidikan agar dapat mengimplementasikannya
kegiatan belajar mengajar dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang di
harapkan dari kegiatan pendidikan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Haris M. 2013. Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
[online] Tersedia: http://hariezfadhilah.blogspot.co.id/2013/11/kemungkinan-dan-keharusan-pendidikan.html. [Diakses tanggal 30 Oktober 2017]
Wedan. 2016. Pengertian Pendidikan dan Tujuan
Pendidikan Secara Umum. [online] Tersedia: http://silabus.org/pengertian-pendidikan/ (Diakses tanggal 30 oktober 2017)
No name. 2016. Pengertian dan Definisi Tujuan
Pendidikan Menurut Undang-undang dan Pakar Pendidikan. [online] Tersedia: http://www.pelangiblog.com/2016/07/tujuan-pendidikan-di-indonesia-menurut.html
(Diakses tanggal 30 oktober 2017)
Febrian iqbal. 2016. Apa sebenarnya tujuan pendidikan
secara umum. [online] Tersedia: http://mybiologismart.blogspot.co.id/2016/01/apa-sebenarnya-tujuan-pendidikan-secara.html (Diakses tanggal 30 oktober 2017)
Elvianna. 2014. Tujuan, Keharusan dan
Kemungkinan Pendidikan. [online] Tersedia: https://elviana09.wordpress.com/2014/03/26/tujuankeharusan-dan-kemungkinan-pendidikan/ (Diakses tanggal 30 oktober 2017)
Hasanah.
2012. Paradigma Pendidikan Masa Depan.
Makasar: Jurnal Publikasi Pendidikan. Vol. II, No. 02: 130-138.
Zahisi, Syukron. 2014. Konsep Pendidikan Masa Depan. [online] Tersedia: https://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pendidikan-masa-depan.html?showComment=1508995854126#c3814373776768316978 (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul
12:32)

Komentar
Posting Komentar